#JapanTrip2018: Day 1 & 2 (Tokyo, Hitachi Seaside Park)


YO! YOKATTA NIHOOOONNN~~ 
*auto japanboo*



Setelah,
“Jepang yok.”
“Ayok.”
Berkali-kali dari tahun 2016, akhirnya jadi juga! Dipicu oleh promo AirAsia ke Jepang 2,5 juta aja PP, gue dan Fia akhirnya memulai perjalanan kami. Setelah beli tiket, kami urus e-paspor dan visa waiver. Untuk kedua hal terakhir, mungkin akan ditulis di post yang berbeda, kalo gak mager wk. so, yeah, silakan dibaca blog pengalaman aku dan Fia menjelajah Jepang dengan budget minim! 

Sebagai gambaran, perjalanan kami gak ke tujuan-tujuan mainstream (misal, keliling Tokyo, atau Tokyo-Osaka), tapi tujuan kami adalah tempat-tempat di sekitar Tokyo dan Yokohama, kecuali pusat kota Tokyo itu sendiri. Di post ini, gue juga akan memberikan rincian perduitan di luar jajan pribadi. Semoga bisa jadi referensi lo kalau mau ngetrip ke tujuan yang gak mainstream di Jepang.

RENCANA PERJALANAN SINGKAT
8/10/2018 -  9/10/2018                  CGK-NRT, Asakusa, Harajuku, Shinjuku
10/10/2018                                        Hitachi Seaside Park
11/10/2018                                         Mitake,Hinode, Tsuru-Tsuru Onsen (Tokyo), Yokohama
12/10/2018                                         Disneyland
13/10/2018                             Yokohama Station, Minato Mirai, Red Brick Warehouse, Landmark Plaza
14/10/2018                                         Enoshima, Kamakura
15/10/2018                                         NRT – CGK

8 Oktober 2018
Memulai perjalanan di Bandara Soekarno Hatta Terminal 2. Pesawat kami transit dulu di Ngurah Rai, jadi berangkat dari pemberangkatan domestik. Ketemu Fia sekitar jam setengah 1, lalu kami masuk ke dalam, check-in, tanpa bagasi, jadi langsung ke gate yang udah dibuka.

Untuk informasi tentang bawaan, gue bawa carrier Deuter Futura 22 liter dan satu tote bag isi titipan emak (teri balado wk) dan perintilan macem mukena. Fia bawa carrier Deuter Futura 32 dan tas laptop. Backpacker plus plus kitorang haha.

DPS Bathroom Selfie with our Deuters

Setelah tunggu beberapa lama, kami masuk pesawat yang akan mengantarkan kami ke Denpasar yang berangkat jam 15.00 WIB. Sekitar satu jam 40 menit, kami sampai di Bandara Ngurah Rai, Denpasar. Waktu kami sampai cakep banget lagi sunset. Uwuuu. Setelah ambil portable wifi dan shalat, kami cari tempat makan. Muter-muter dari terminal domestik, internasional, sampe akhirnya ke Burger King domestik hahaha. Kami makan, gue nonton yucub, Fia ngurusin pendaftaran CPNS, gak terasa udah jam 9. Kami beranjak ke terminal internasional dengan santai. Dududu.

Sampai di depan gate keberangkatan internasional, eh pesawat kami kok udah last call?? Buat mastiin, gue tanya ke pusat informasi di sana, dan beneran udahan last call! Baru gue liat di tiket ternyata boarding jam 21:10. Anjir. Yaudah gue dan Fia lari ke gate. Antrian pemeriksaan awal mayan rame karena dicampur penumpang asing dan dalam negeri. Gue ama Fia udah ketar-ketir. Pas giliran gue, gue diminta buat kosongin air di tempat minum dan lepas jaket. Dua hal itu gue lakukan setelah meletakkan carrier dan tentengan dan perintilan di kantong. Karena buru-buru, jaket dan botol minum Tupperware (untung beli sendiri, bukan punya emak ><) ketinggalan :(((((((((( setelah pemeriksaan, antri imigrasi. Nah yang ini lebih cepet karena penumpang domestik lebih sedikit. Sekitar 10% doang kalo dibandingin sama orang-orang yang mau pulang liburan haha. Pemeriksaan imigrasi cuma bentar, cuma ditanya mau ke mana, tujuan, berapa lama, sama siapa, langsung cap. Sebelah gue rada lama ditanyainnya heuh. Abis itu, Fia langsung mengisi booth imigrasi yang tadi gue isi, ditanya bentar, kami pun langsung cussss lari-lari melewati duty free Ngurah Rai yang berliku-liku. Gue nemuin jalan tembus wkwk, kami lewatin toko dan restoran. Gate 1 udah keliatan, tapi kami tetap lari karena gate kami gate 6 :) setelah sampai di gate itu, udah gak ada penumpang nunggu dong, cuma kitorang berdua doang. Sempet ditanya-tanya juga, diminta perlihatkan paspor dan bookingan tiket pulang. Akhirnya kita diperbolehkan masuk, dan lariiiii! Tempat duduk gue dan Fia rada belakang, jadi mayan juga cari kursi sambil ngos-ngosan. Akhirnya ketemu, cari overhead storage yang kosong, ngangkut tas sambil ngos-ngosan, dan akhirnya duduk. Fuahhhh… dan pada saat itu gue baru sadar kalo jaket dan tempat minum ketinggalan. Ah. Elah. Mau balik lagi tapi gabisa. Yasudahlah.

Gak lama, pesawat berangkat, dan kami berangkat menuju Jepang!

Biaya (dalam Rupiah Indonesia):
Tiket pesawat       2.498.000
Bus Damri            55.000
Total                     2.553.000

9 Oktober 2018
Terbangun di tengah tidur yang tidak nyenyak, jam tangan WITA gue menunjukkan jam 2 pagi. Di telinga melantun Cigarettes After Sex – Nothing’s Gonna Hurt You Baby. Lampu remang. Di bawah pemandangan daratan yang kalau bukan Sulawesi, kepulauan di Filipina. Syahdu, tapi ngantuk.
***

Semburat cahaya matahari mulai terlihat, gue menunaikan shalat subuh di kursi. Gak lama Fia bangun dan shalat subuh juga. Selepas itu, menyaksikan matahari yang terbit perlahan. Jendela di samping banyak mengeluarkan bunga es. Menarik. Sedingin itu di luar. Matahari sepenuhnya terbit ketika kapten pesawat mengumumkan sebentar lagi kami akan mendarat di Narita.

Cold and frosty morning, there's not a lot to say

Sampai Narita sekitar jam 7 pagi. Cuaca saat itu berawan, suhu 19 derajat. Waktu turun dari pesawat, belum berasa di Jepang sih. Gak tau masih berasa di mana haha. Turun pesawat, ke toilet, pas ketemu bidet berbagai pencetan, gue seneng banget haha. Cannot live without cebok. Trus lanjut ke imigrasi, cuma cocokin wajah, dapet stiker dehh~ bukan stiker LINE ya, tapi macem ni.


Lanjut ke pemeriksaan akhir, kalo gak salah custom. Nah di sana baru ditanya tujuan kunjungan, mau ke mana aja, balik kapan. Langsung diperbolehkan lewat.

WELCOME TO MOBILE LEGENDS NARITA!!!!!!

Gue kira bakal sebesar dan serame Incheon, ternyata nggak haha. Karena gue dan Fia gak pegang uang yen sama sekali, kami ke ATM terdekat buat ambil uang. Yen pertamaku :”) abis itu gue beli minum dan sarapan karena kelaperean haha. Fia ganti baju. Setelah itu, kami beli tiket bus ke Tokyo Station.

Kami beli yang paling murah, Shuttle Bus plus Tokyo Metro Pass 24 jam. Harganya 1.700 yen. Kalo beli ketengan, tiket bus 1.000 yen, pass 800 yen. Lumayan dapet potongan 100 yen. Counternya di counter bis dan kendaraan lain, dia posisinya paling kiri kalau dari gate kedatangan. Kasirnya juga bisa sedikit bahasa Inggris. Jadi cincai laa.

Kami beli tiket Tokyo Shuttle Bus + Pass 24 jam (merah)
Sumber: https://www.tokyometro.jp/en/ticket/airport_bus/index.html

Kami jalan ke luar, ke tempat pemberhentian bus menuju Tokyo. As expected from Japan, busnya datang dan berangkat tepat waktu donggg. Perjalanan dari Narita ke Tokyo Station sekitar dua jam. Di dalam bus ada colokan, jadi bisa ngecharge HP sebelum dipake foto-foto hehe. Sayang, adaptor gue di tas yang ditaruh di bagasi huh. Pas awal, kayak masih wah-wah, tolah-toleh, tapi lama-kelamaan kami tidur karena gak cukup tidur di pesawat.

Kami bangun sekitar 15 menit sebelum sampai. Lihat sungai yang jembatannya banyak kayak di komik Conan yang kasus palu raksasa, liat AEON, supermarket yang ada di Crayon Shinchan, dan Skytree dari kejauhan. Gak lama, sampai di pemberhentian, yang ternyata masih harus jalan sekitar 100 meter ke Tokyo Station. Pas turun, wew lumayan sejuk yhaa, mana jaket gak ada lagi haha. Lalu kitorang jalan ke Stasiun Metro Tokyo. Lumayan jauh cuyyy. Lumayan juga jalan jauh sambil bawa carrier dan tentengan ini haha. Kayaknya jalan sekitar 10 menit, kita sampai di Stasiun Tokyo Metro Tokyo. Haha bingung gak lu. Jadi maksudnya gini, nama jaringannya Tokyo Metro, nama stasiunnya Tokyo, ya jadi begitu.

Nah, mulai dari sini, gue menggunakan apps ini buat cari tahu bagaimana naik kereta ke stasiun tujuan dalam jaringan Tokyo Metro.

tokyosubway

Dan asiknya pakai Tokyo Metro Pass ini, kami bisa naik kereta apa aja sepuasnya dalam 24 jam, selama itu di jaringan Tokyo Metro. Jadi, kalau lo mau keliling-keliling Tokyo aja, gue sarankan banget pake pass ini daripada ngeteng pake Suica atau Pasmo. Dan setau gue lebih murah juga dari JR pass buat daerah Tokyo. Cara pakainya juga gampang, tinggal masukin ke lubang yang tulisannya “ticket”, jalan selangkah, pass lo akan muncul di ujung gate tiket, cabut deh. Gampang banget, kan? :) pas awal, gue gak langsung jalan begitu masukin pass, kayak nunggu passnya keluar haha. Pas liat ada yang ambil sambil jalan, wow gue terkesima haha. Akhirnya gue kayak gitu sampe pass itu abis. Dan waktu delay tap atau masukin tiket di gate kereta Jepang sooooo much faster than Commuter Line punya. Kayaknya jeda antara tap dan saldo lu keliatan di layar kurang dari satu detik.

Yak, kami mengikuti arahan apps dan harus transit dua kali heuheu. Mantap bosku. Dan di jaringan kereta Tokyo, sejauh yang gue liat, harus tap masuk dan keluar di tiap line. Gak kayak di Seoul yang cuma tap dua kali, pas masuk dan keluar doang. Tangan mulai berasa kapalan, akhirnya kami sampai di Stasiun Asakusabashi. Ikutin petunjuk di Google Maps, akhirnya kami sampai di hostel kami, Little Japan.

Check-in, basa-basi, short intro, kami pun ditunjukkan tempat tidur kami selama dua malam ke depan. Gue tidur di tempat tidur atas. Lumayan comfy tempatnya. Dan akhirnya bisa rebahaaann… abis itu shalat, cuci muka, dangdan, beresin bawaan, dan kitorang cabs lagi ke Asakusa!

Sembari jalan ke stasiun, kami mampir ke KONBINI!!! MALUV. Kami ke Sevel, liat-liat, puter-puter, akhirnya cuma beli onigiri dan air minum aja haha. Dan bener sih, tong sampah susah banget di Jepang! Jadi sampah dikantongin dulu terus ditenteng sampe nemu tempat sampah terdekat. Ketika jalan lagi, nemu Famima <3 gue langsung beli latte-nya dan roti melon haha. Latte-nya sedikit lebih enak daripada yang di Indonesia sih… dan di sana kalo beli kopi, self service. Kasir cuma kasih cup-nya aja. Untuk yang iced, si kasir kasih cup isi es batu.

Cintaku di kampung halamannya

Naik kereta seencrit, sampe di Stasiun Asakusa. Belok kiri dari pintu keluar 1 atau 3, gue lupa, belok kiri lagi lewati pertokoan dengan kabut beraroma, di sebelah kanan, ada lentera merah spot foto wajib para turis dalam negeri dan mancanegara. Waktu kami di sana, rame banget. Nakamisedori, jalan antara lentera ke kuil Sensoji, juga rame parah. Fia jangan sampe terpisah karena wifi ada di tas gue hahaha. Di Nakamise, banyak yang jual makanan tradisional, oleh-oleh, dan berbagai hal semacamnya. Jalan terus, dan Sensoji tampak di depan mata. Untung saat itu cerah, jadi lumayan cakep buat foto-foto heuheu.

Spot turis

Kalau gak salah, penjual taiyaki

Turis belum mandi dua hari :)


Super gemezzz! Dia bawa anjing-anjingnya untuk berdoa :") sehat terus yaa 


Menghirup aroma pertikaian kesucian

Backside of crowded Nakamise Street

Obaa-san penjual melon pan inceran Fia

Abis dari sana, temannya Fia ngajakin ketemuan di Harajuku. Fia juga mau ke LINE Store buat beli merch BT21. LINE Store dude, surgaku saat di Korea dulu. Naik kereta lagi, trus jalan sedikit, sampai di Takeshitadori!



Ramai juga, mirip-mirip Itaewon x Myeongdong sih kalo gue liat-liat. Dan gatau ya, gue liat ada beberapa orang-orang ras Negroid yang gatau nongkrong atau ngapain di tengah jalan.

Kami jalan terus membelah Takeshita Street, belok kanan, dan ke LINE Store. Sebenernya dia tiga lantai, tapi lantai tiganya lagi direnovasi, jadi cuma dua lantai. Dan gatau kenapa, kok gue gak sesenang saat dulu ke LINE Store di Korea ya :”) kayaknya karena tokonya gak segede di Itaewon, dan isinya lebih banyak BT21, which I cannot relate wk.

Bocah seneng bat haha

Lalu di bawah, temannya Fia, Luluk, datang. Dia sedang belajar dan bekerja di Tokyo. Dia nemenin gue ke H&M cari jaket hahaha. Tapi katanya belum butuh-butuh banget, dan dia merekomendasikan toko yang lebih murah, GU, anak perusahaannya Uniqlo. Baiq! Abis itu kami ke Tokyu Plaza yang pintu masuknya iNstAgRaMabLe banget itu, dan ke Shinjuku buat makan di Marugame.

Tokyu Plaza dan segala cerminnya

Abis makan, gue dan Fia mau ke ATM dan hakyuen alias toko 100 yen. Kami melewati depan Stasiun Shinjuku yang rame parah, lewat Kabukicho, dan iseng motong jalan lewat depan kuil baru. Sayangnya Daiso yang kami cari udah tutup, jadi kami balik arah ke keramaian, cari ATM, mampir ke Don Quijote alias Donki yang buset dah rame banget. Ini literally toserba, toko serba ada. Lu bisa temuin makanan, make-up, skincare, sampe hal-hal random macem kostum kepala kuda, kostum-kostum gatau apa, celana dalem, kaos kaki, sampe Tenga. Lepas tu, kami ke stasiun JR buat beli Suica.

Abis dapet Suica, kami balik ke Tokyo Metro Line dan balik ke hostel. Sampe hostel, briefing singkat buat besok, dan mandi. Btw, shower hostel kami bener-bener highlight dari hostel tersebut haha. Shared shower sih, kalo gak salah ada 6 kamar mandi di lantai 4. Di tiap kamar mandi, ada dua ruangan, ruang kering dan basah, dipisah oleh pintu lipat. Showernya ada di ruang basah. Di sana udah tersedia sabun, sampo, dan kondisioner. Airnya juga bisa air panas dan dingin. Pas mandi, wagela, pegel-pegel seharian nenteng tas dan tentengan, nyasar-nyasar, capek jalan, hilang semua! Di luar kamar mandi, juga ada beberapa hair dryer dan hair styling buat catok dan blow. Selesai mandi, jadi berasa seger banget. Abis itu, gue balik ke kamar dan menyelimuti diri dengan selimut khas Asia Timur yang tebal tapi fluffy. Uwu.

Biaya (dalam Yen Jepang):
Shuttle bus + Tokyo Metro Pass 24 jam               1.700
Suica                                                                      2.000 (termasuk deposit 500)
Total                                                                      3.700

10 Oktober 2018
Bangun sekitar jam setengah 6. Shalat subuh. Tidur lagi haha. Abis si Fia masih mager-mager. Singkat cerita, kami berangkat dari hostel sekitar jam 9.

Hari ini tujuan kami ke Hitachi Seaside Park. Ada beberapa opsi kendaraan yang bisa dipilih, kami merujuk ke blog ini. Kami pilih yang tengah-tengah, naik kereta reguler. Mumpung Tokyo Metro Pass masih berlaku sampe jam 10:43, kami pakai pass itu sampe Stasiun Nippori. Yak, selamat tinggal kebebasan wkwk.

Mau transit ke JR aja, kami bingung dulu hahaha. Ternyata kami harusnya ke Stasiun Shin-Nippori, yang ada satu stasiun setelah Stasiun Nippori. Kami naik ke peron, dan akhirnya naik kereta yang peronnya di atas tanah haha.

FYI, Tokyo Metro itu subway, dan JR ada yang bawah tanah dan ada yang di permukaan tanah CMIIW. Konsekuensinya, yang pernah gue baca, kereta atas tanah lebih rentan gangguan karena cuaca, misal badai, salju atau hujan deras, dan lain-lain. Sementara subway gak terpengaruh. Jadi pakai subway lebih direkomendasiin saat cuaca tidak menentu. Lebih lanjut tentang perkeretaan Jepang, silakan baca di sini.

Turun di Nippori, kami lanjut naik kereta ke Stasiun Katsuta. Tapi beberapa kereta yang lewat, gak sampe ke Katsuta. Jadi tunggu beberapa menit sampe ada yang ke sana.

Btw, untuk naik kereta JR, kami pakai apps pemandu yang beda. Pake apps ini karena dia mencakup seluruh kendaraan dan stasiun di Jepang. Tapi minusnya, rada lama pas masukin nama tempat.

Japan Official Travel App

Yak, kereta ke Katsuta datang. Kami naik. Perjalanan Nippori – Katsuta sekitar dua jam heuheu. Dan seru sih, sepanjang perjalanan pemandangannya bagus. Basically perjalanan menuju desa, lihat banyak sawah, hamparan hijau-hijau, hutan, sungai, rumah warga, bukit, dan lain-lain. Saran gue, bawa hiburan selain hp dan powerbank. Karena batere lu akan habis buat menghibur diri dan foto-foto haha.

Pemandangan di kereta menuju Katsuta

Akhirnyaaa setelah dua jam, kami sampe di Katsuta. Karena saldo gue kurang, gue isi Suica di mesin fare adjustment, yang ternyata bisa buat sekalian isi saldo. Abis itu, kami turun, dan terlihat loket penjualan tiket bus dan tiket masuk HSP. Kami beli, harganya 1.080 yen untuk perjalanan PP dan tiket HSP. Karena masih sekitar 20 menit lagi, gue dan Fia cari makan siang dan ganjelan di Lawson dekat sana. Sempet foto-foto juga haha. Dasar.

Bus datang, kami naik. Perjalanan bus dari Stasiun Katsuta ke pintu masuk HSP sekitar 15 menit. Akhirnya sampe juga cuuuyy di tempat yang selama ini cuma gue pantau di IG haha. Begitu masuk, Fia minta petunjuk berbahasa Inggris di dekat pintu masuk. Sasaran utama kita, tentu saja Miharashi Hill dan padang kochia. Kami jalan, foto-foto sebentar, lalu gak lama, padang kochia-nya udah terlihat, dan… UDAH MERAH! :”) Sebelum ke sana, kami konbini picnic dulu di meja dan kursi kayu yang ada di sana. Abis makan, kami langsung ke padang kochia!

Sudahlah, susah pulak menjelaskannya. Nikmati saja foto-foto ini.


Mission accomplished: konbini picnic di taman

Sebelum masuk Miharashi Hill, melirik ikemen di ujung sana

Disambut dengan bunga cosmos, yang kata Fia ada juga di Bengkulu


Autumn had not completely covered Kanagawa region yet; this hill was an exception.



from the top of Miharashi Hill

banyak yang bawa anjing ke sini buat sekadar jalan-jalan atau photoshoot

Jalan panjang menuju langit biru

Ada satu hal menarik saat kami di sana. Ada bapak-bapak paruh baya, nyamperin kami, dan bilang kalo dia fotografer, dan dia fotoin kami. Hmm okay. Lalu dia tanya, mau difotoin gak? Nanti fotonya dia kirim via LINE. Gue dan Fia yang tadinya ragu, tergiur abis liat hasil jepretannya dia. Bagus anjer. Jadi dia fotoin kita dan ini beberapa fotonya.







Setelah beberapa jam di Miharashi Hill DOANG, kami meninggalkan HSP sekitar jam empat karena belum shalat. Setelah shalat di teras rumah pohon yang uwu banget karena bisa shalat outdoor, ke toilet sebentar, dan jalan ke pintu keluar. Dadah, Hitachinaka :”) bakal balik lagi kalau ada kesempatan. Menjelang jam 5, jam tutupnya, musik dikumandangkan lewat pengeras suara, macem di Perpusat menjelang jam 7 haha. Tapi kalo  Perpusat mengumandangkan lagu-lagu daerah, HSP memainkan lagu instrumen sedih dong :( kan jadi makin sedih mau ninggalin huhu. Bus yang akan membawa kami kembali ke Stasiun Katsuta udah ada, jadi kami naik dan balik ke Katsuta-eki.

Sayonara :"

Abis isi Suica, kami langsung naik kereta tujuan Ueno. Kereta berangkat sekitar jam 6 kurang. Di tengah jalan, entah kenapa kereta berhentinya lama banget di beberapa stasiun. Tapi melihat gerak-gerik warlok, mereka tenang-tenang aja. Gue gelisah karena batere HP udah mau abis dan gak ada bahan lain haha. Lalu di running text yang biasanya ngasih tau stasiun selanjutnya, ada tulisan “Joban Line is suspended.” Waduh. Jangan-jangan ada jinshin jiko yang gue omongin sama temen kantor beberapa hari lalu sebelum berangkat. Dan bener dong, di pengumuman berbahasa Jepang, ada kanji jin/hito () yang artinya orang. Ketika gue googling kanji-nya jinshin jiko (人身事故), ternyata sama kayak yang ada di pengumuman :) wew, bisa ngaret lama nih. Jinshin jiko apa sih?

Sementara pada saat itu gue ngejar waktu buat ke Daiso atau hakyuen shop lain buat beli plastik vakum yang gue butuhin buat packing. Daiso tutup jam 8. Dan ada hakyuen shop lain, CanDo di Seibu-Shinjuku tutup jam 9. At least semoga sampe ke CanDo. Dan bener dong, jam 8 aja masih agak setengah jalan menuju Shinjuku. Aaakk… akhirnya sampe Stasiun Seibu-Shinjuku sekitar jam 8.40 hahaha. Langsung lari menuju lantai 5 gedung perbelanjaan itu buat ke CanDo. Ketemu barang yang dicari, plastik vakum dan botol minum (buat gantiin yang ketinggalan di bandara T_T) dan jajanan cokelat mint yang gue lihat di Instagram. Kelar belanja, kami pulang ke hostel.

Karena lapar, kami ke konbini terdekat, Sevel deket Kabukicho. Pas lagi pilih-pilih makanan, ada poster gambar mata yang intens (?) gue colek Fia, “Fi, ini kira-kira artinya ‘I’m watching you’ kali ya?” Dan bener, pas gue pakein Google Translate, artinya kira-kira gitu, dan setiap pelanggaran akan dibawa ke kantor polisi. Terus kami ke kasir, sebelumnya nyiapin receh dulu karena kami masih bodoh banget sama recehan Jepang yang banyak banget haha, bayar, dan tiba-tiba mas-mas depan gue, yang tadi pilih-pilih belanjaan bareng kami, tangannya dicekal karyawan Sevel. Waduh? Trus sambil jalan keluar, gue liat dia disuruh buka isi tasnya. Ternyata isinya dua bento :(((( sedih banget woi, cari makan sampe segitunya. Dan hal ini menunjukkan ke depan muka gue kalo Jepang gak sesejahtera itu, gak seaman itu. Well, di sisi lain menunjukkan kalo Jepang aman sih karena CCTV di mana-mana. Gak tau juga apa mungkin dia klepto atau gimana, tapi tetap aja kejadian itu membuat gue sedikit shock ringan.

Hhh… Shinjuku baru menunjukkan aktivitasnya jam segini. Sambil jalan ke stasiun, gue lihat-lihat Shinjuku yang maaakin rame dan makin hidup, apalagi di Kawasan Kabukicho *IYKWIM LOL.


Stasiun Shinjuku menjelang jam 11 juga masih rame bangettts walau toko-toko udah pada tutup. Kami menuju peron tujuan. Ternyata salah peron wkwkw. Turun lagi, lalu ke peron yang bener. Untung gak terlalu jauh haha. Begitu masuk kereta, disambut dengan pemandangan seorang pekerja ekspat yang makan tempat berapa bangku. Entah karena mabuk atau kecapekan. Ada dua bule lain di dekat pintu, dan pas salah satu turun, yang lain kayak bilang, “Biar gua urus ni bocah satu.” Wkwk.

kasihan paman

Kami turun di Stasiun Asakusabashi, jalan ke hostel, dan late dinner karena udah jam setengah 12 haha. Sambil makan, Fia ngurus pendaftaran CPNS-nya dan gue bikin opsi di mana titip tas termurah karena besok kita check-out dan hiking ke Mitake dan Hinode. Setelah menimbang-nimbang, ternyata paling murah nitip tas di hostel ini! Kelar, kami balik ke kamar, mandi, packing, tidur.

Biaya:
Tokyo Metro Asakusabashi – Nippori       0 (Tokyo Metro Pass)
JR Shin-Nippori – Katsuta                         2.268
HSP + bus return                                        1.080
JR Katsuta – Seibu-Shinjuku                     2.412
JR Shinjuku – Asakusabashi                      165
Total                                                           5.925

つづく
TBC

Comments

Popular Posts