Pascasarjana

Lyfe after graduation
It really is cruel. You gotta have a map. Not only holding the map, you gotta know where you’re gonna go. Ahahaha kayaknya serem banget. Tapi emang sih :” dan di post ini, gue akan menceritakan apa yang gue kerjakan sejak 29 Agustus 2016 (H+1 wisuda) hingga hari ini. Well, kira-kira udah tiga bulan sejak gue lulus. Hal yang gue lakukan selama tiga bulan tersebut?  Cukup banyak, salah satunya adalah scrolling through jobstreet-and-such websites.

Hal pertama yang gue lakukan setelah wisuda adalah bongkarin hadiah wisuda dan senyam-senyum. Masih dalam suasana euphoria akhirnya-gue-lulus-juga, buka-buka galeri foto dan senyum-senyum bahagia hahaha. Setelah lewat masa-masa little sparks itu, gue berkutat dengan file presentasi untuk symposium. Well, paper PI gue diikutsertakan ke sebuah symposium di FIB. Di antara beberapa kawan sejawat, hanya gue yang membawa tema linguistik. Beklah. Di symposium tersebut, gue merasakan aura-aura akademisi yang bikin pengen. Pengen jadi one of them juga :”) they looked so cool with rich knowledge they possess. Di symposium ini juga, gue banyak ter-wow-kan dengan paparan daari pemapar lain, yang kebanyakan adalah anak FIB UI. Banyak hal yang sebelumnya hanya terlihat sekilas, bisa diperdalam dan dikaji dari sudut pandang akademis. Eya.

Setelah tiga hari, pekerjaan pertama menjadi akademisi selesai. No more listening to presentation and having coffee break huhu.  Kembali ke rutinitas, di mana rutinitas dapat didefinisikan sebagai berikut: melakukan hal standard (bangun tidur, makan, cuci piring, ibadah, tidur), buka-buka e-mail dan jobstreet dan sejenisnya, nonton drama Korea (OMG FINALLY I DID WATCH KOREAN DRAMAS!!!! Saking bosennya cuy -..-), baca webtoon, dan ngajar kalo jadwalnya ngajar. Sesekali main ke Sekre juga sih.

Kemudian, Riffal nyebarin info volunteer buat UI Career and Scholarship Expo. Wah, lumanyan buat isi waktu luang. Gue daftar dan wawancara. Lolos. Alhamdulillah sekalian masuk gratis wkwk. Sejak hari itu kegiatan gue diisi dengan follow-up perusahaan yang gue LO-in, liatin persiapan pembangunan booth, ikutin kegiatannya selama tiga hari, dan pada hari terakhir gue memasukkan aplikasi gue ke beberapa perusahaan. Hari terakhir pulang dengan banyak produk perusahaan WA KA KA. Lumayaan. Dari aplikasi yang gue masukin, gue menaruh harapan yang amat sangat di sebuah BUMN sebagai Intern English Translator. Namun ternyata dia tak kunjung memanggil hingga kini :”. Dan dari aplikasi tersebut, gue dapet dua panggilan: dari Trans7 dan Bank of Tokyo.

Untuk Trans7, gue apply posisi semacam-MT, lupa namanya, BDC apa ya. Gue dapet SMS dari HRD-nya dan segera gue konfirmasi kehadiran gue untuk tes tahap pertama: tes tertulis. Pada hari H tes, hujan deras banget donggg… tapi dengan tekad gue-mau-kerja, gue terjang hujan dan badainya. Sampai di kantor Trans mepet banget, dan untungnya belum dimulai. Tesnya kayak gimana yaa kayak psikotes biasa. Bisa Anda googling sendiri, udah banyak yang bahas haha. Tetapi setelah itu gak ada panggilan apa-apa lagi. Kemudian, TRP Bank of Tokyo. Pertamanya dapet SMS broadcast buat ikut tes online gitu. Lupa nama tesnya, kalo gak salah aptitude test dan tes bahasa Inggris. Pas gue googling kayak gimana aptitude test itu (beberapa menit sebelum ngerjain tes -_-), ternyata ada hitung-hitungannya!!! Dayum. Gue siapin notebook, pulpen, kalkulator, dan netbook. Gue ngerjainnya di FH malem-malem wkwk. Dan bener, banyak soal hitungan yang cukup makan waktu buat ngerjainnya (buat gue -_-). Padahal kayaknya standar sih, hitung persentase gitu-gitu dari grafik. Ya sudahlah pasrah. Lanjut ke tes bahasa Inggris, Alhamdulillah buat yang ini masih ada waktu lebih, jadi bisa cek ulang. Lalu klik tombol submit. Pasrah. Eh Alhamdulillah dapet SMS broadcast lagi, yang mengundang gue untuk ikut tahap selanjutnya: FGD. Jeng jeng. Ini tahap pertama dari petualangan mencari kerja (?) gue yang berhadapan langsung dengan manusia. Ha. Ha. Tesnya di Mayapada Tower, Sudirman. Pagi. Dan gue mencicip rasanya menjadi commuter Sudirman di pagi hari. Mantep, Pakboo. And how did it go? Gue cengok abis heuheu. Entah kenapa gue kayak susah banget buat meng-infiltrasi percakapan soalnya mostly pada ambi, pengen ngomong semua heu. Apalah gue yang udah lama gak berinterakasi dengan manusia wk. Oh iya, di FGD BoT ini pakai bahasa Inggris. Gak masalah sih. Oh iya, FYI, gue merasa paling cere di antara peserta lain wk. ada sih yang fresh graduate kayak gue, masih nunggu tanggal wisuda malah. Tapi yang lain, bikin nangos. Ada yang ngobrol-ngobrol sama gue, bilangnya lulusan Manajemen UI. Oh oke. Eh pas pulang, ternyata S2 Manajemen UI. Bhay. Ada juga yang lulusan Tokyo University a.k.a. Todai. Dang. Yang berpengalaman juga banyak. Hiks. Super pasrah adinda. Dan yaaak, beberapa minggu kemudian, datanglah e-mail yang berisi penolakan secara halus dari BoT. Sukak deh, ngasih kepastian dengan cara yang baik :)

Setelah mencoba peruntungan di UI Career Expo, gue mencoba lagi di jobfair di Balai Kartini. Udah berangkat siang, nyasar lagi wkwk. Salah turun halte. Ya sudah, cukup satu jam gue keliling-keliling dan nyebar aplikasi ke mana-mana semure mungkin. Dari sana, Alhamdulillah dapet satu panggilan, dari Kumon. Untuk tes pertama, tesnya adalah tes Matematika dan bahasa Inggris tertulis. Sebelumnya, ada seminar mengenai company profile Kumon selama dua jam. Heu. Abis seminar tersebut, gue mengerjakan (kalo gak salah) 50 soal Matematika dan 30 soal bahasa Inggris dalam waktu 60 menit. Gue kerjain bahasa Inggris dulu, dan soalnya setingkat SD. Kemudian beralih ke soal Matematika. Soalnya amat sangat basic, tambah kali kurang bagi, pecahan, paling mentok SPLDV. Tapi soal pecahannya banyak bangetttt. Akhirnya gue gak sempet isi semua, masih kosong dua soal kalo gak salah. Udahlah pasrah. Tak disangka, dapet SMS untuk panggilan tes selanjutnya: FGD. Gue konfirmasi dan datang. Belajar dari FGD BoT, gue gak boleh pasif-pasif amat di FGD. Ya udah, gue berusaha ‘lebih’ di sana. Entah gue terlalu semangat atau gimana, hasilnya tetep gak lolos wk. padahal gue sangat menikmati sesi FGD tersebut, dan sangat optimis sampai 80% hahaha. Belum rejeki :)

Sambil terus buka e-mail dari Mbak LiNA (jobseekers surely know ‘her’), apply sana-sini, join grup loker di WA dan Telegram, sambil ngajar juga, gue menunggu kabar baik. Di satu titik, gue hampir kehilangan kepercayaan gue terhadap Jobstreet karena sampai saat itu, gak ada panggilan samsek. Huh. Kemudian pada suatu siang saat gue lagi internetan di Perpusat, ada telepon dari sebuah nomor. Ternyata dari Garena. Gue apply posisi Language Specialist kalo gak salah. Si mbak dari nomor tersebut pun mewawancarai gue via telepon. Wawancaranya cukup seru dan gak menegangkan. Tapi, di akhir percakapan kami, si mbak bilang kalo tahap selanjutnya adalah mini-test bahasa Korea. Dang. Gue mah apa. Ternyata nanti kalo diterima, gue bakal berhubungan dengan seller dari Korea terkait deskripsi barang. Dang. Mulai dari sana, kayaknya, nada suara gue terdengar ragu. Ya sudah, tidak ada follow-up lagi dari sana.

Kembali ke rutinitas. Email dari Mbak LiNA terkait job yang terkait dengan kata kunci ‘translator’ berdatangan tiap harinya. Sampai pada saat itu, gue sangat bergantung dengan profesi mengajar privat, yang sebenernya ingin gue sudahi dengan segera karena udah mentok :” mentok materi, metode, udah bosen, dan lain-lain. Mungkin karena niat gue udah jelek jadi gitu ya huhu.

Lalu, pada suatu Minggu malam, seorang teman nge-post di grup mengenai kerjaan freelancer buat sebulan yang mulai besok. Gue langsung chat dia dan bilang gue mau. Gue pun di-oke-in dan diundang buat wawancara. Oke, gue siap. Btw, itu wawancara pertama gue he he. Besoknya, gue dateng ke kantornya di SMESCO, Gatoto Subroto. Dan wawancaralah gue dengan calon bos, yang merupakan orang Korea tapi udah fasih bahasa Indonesia. Wawancaranya sangat singkat, gue diterima. Alhamdulillah I had a sense of purpose for a month, I had a new routine haha :”)

Jadi, nama kantornya adalah Green Business Center. Detailnya bisa lihat sendiri di websitenya. Jadi GBC mau mengadakan sebuah seminar bertemakan UKM hijau antara Indonesia dan Korea, kerja sama dengan Kementerian Koperasi dan UKM. Kerjaan gue adalah membantu pegawai GBC (yang cuma dua orang :”)) untuk mempersiapkan seminar tersebut. Oh iya, freelancer yang-kayak gue gak cuma gue doang (?), ada anak Sosio satu orang. Dia fokus di desain, gue fokus di konten. Nyatanya, kerjaan gue lebih ke menerjemahkan dokumen terkait, seperti notulensi, konten program book, surat undangan, dan lain-lain. Kerja di sana sangat dinamis wkwk. Mulai dari gabut seharian gak ada kerjaan sampe seharian tarik otot mata haha. Tapi enaknya, di sana jam masuk dan jam pulang sangat tepat waktu. Masuk jam 8 okelah, gue berangkat jam 6.15 dan sampe kantor jam 8 kurang (kalau lancar, tanpa gangguan kereta dan bus Transjakarta cepet), pulangnya jam 5. Gak ada yang namanya lembur ampe malem haha. Pulang jam setengah 6 aja udah misuh-misuh wk. Paling malem gue pulang jam 6 lewat, itu juga dari tempat vendor haha.

Selama gue kerja di GBC, dari minggu-minggu awal gue udah kepikiran gimana nasib gue abis kelar dari sini, secara ini cuma sebulan doang. Oleh karena itu, gue berdoa, “Semoga setelah kelar dari GBC dapet kerjaan tetap.” Sambil terus buka-buka situs pengiklan lowongan pekerjaan dan brutally, murehly apply ke sana-sini. Tapi gatau kenapa, dengan berdoa kayak gitu, gue merasa sesak. Entah kata apa yang tepat, rasanya kayak di kereta penuh, badan lo kaku, nahan orang buat gak dorong-dorong lo. Rasanya capek. Ngoyo banget gitu. Kemudian, gue dapet “revelation”, bahwa rejeki itu gak selalu dalam bentuk pekerjaan tetap. Keluarga sehat dan lengkap itu rejeki, masih punya tempat tinggal itu rejeki, masih bisa kerja dan pulang dengan selamat itu rejeki, masih punya tabungan, masih bisa makan, masih bisa internetan, semuanya itu rejeki. Hiks. Intinya sih, loosen my expectation. Gue juga belajar, pas gue dapetin kerjaan freelancer ini, gue gak ekspektasi apa-apa, eh dapet. Rejeki kan udah diatur, tinggal gimana kita berusaha menjemputnya. Jadi sejak saat itu, doa gue tersebutgue ganti jadi, “Mohon lancarkan dan mudahkan jalanku untuk menjemput rejeki-Mu yang halal dan berkah.” Sejak saat itu, gue jadi lebih santai dalam berusaha. Santai in terms of gak narik urat, gak berharap banyak. Usahakan saja. Rasanya sama kayak naik kereta penuh, tapi badan lo pasrahin aja, ikutin arus. Gak bakal secapek kalo badan lo nahan.

Di suatu siang, gue kembali apply sana-sini dengan brutal dan mure. Besoknya, salah satu perusahaan nelepon gue buat ikut tes tertulisnya. Gue oke-in lah. Alhamdulillaah… kemudian, beberapa hari setelah hari kebrutalan dan kemurean gue, saat gue mau tidur, ada sebuah telepon dari nomor asing. Suara di seberang menyapa gue dalam bahasa Inggris. Wat? Oh ternyata dari salah satu perusahaan lain yang masuk ke dalam usaha brutal dan mure gue haha. Dia undang gue buat wawancara besoknya, tapi gue gak bisa karena dia ngundang di jam kerja. Dia pun mengusulkan buat wawancara di jam after-work. Gue oke-in. dia bilang jam 7. Gue oke-in, secara gue balik jam 5, jadi bakal bisa punya dua jam buat siap-siap.

Ternyata, saat hari H wawancara, si boss ahjussi, bos gue di GBC, menyuruh gue buat ke vendor desain sore-sore. Dang. Gue targetin buat kelar jam setengah 6. Ternyata baru kelar jam 6.18. Masih dengan urat kepala yang tertarik dan otak masih ngebul, gue pesen Grab. Mana lama banget lagiii huu. Akhirnya dapet jam setengah 7. Di atas Grab, gue sempetin buat searching mengenai perusahaan yang akan gue tuju. Setelah konsentrasi hilang, gue nengok ke jalan. Anjir rapet dan gak gerak :” mulai mules, ilang, mules lagi, ilang lagi. Mana nyasar lagi wkwk. Gue SMS aja kalo gue gak bisa dateng on time karena terjebak macet. Kliseeee dan bisa dihindari padahal yak :” akhirnya sampe di tempat, yang ada di Jalan Kyai Maja, atau deket Taman Puring pada jam setengah 8. Mamphayyy….

Masih ditungguin. Heuheu. Setelah dipersilakan duduk sebentar dan ngoplos Fanta dengan Sprite (for real), gue pun dipanggil ke ruang meeting buat wawancara. Gue diwawancara oleh dua orang, technically they were three, tp yang satu nonton aja dari pojokan sambil makan nasi goreng wkwk. Wawancaranya asik bgttt. Super santai. Dan walau pakai bahasa Inggris, dengan otak masih ngebul pascalembur di vendor (elah cuma sejam doang wkwk) dan pascamacet, unexpectedly gue bisa jawab dengan lancar dan antusias. Haha. Intinya, gue diterima di sana. Oh iya, daritadi gue belum ngasih tau perusahaannya. So, it is Glints ;) pas dibilang gue diterima, gue masih senyum biasa aja. Pas jalan pulang, baru berasa senengnya, those tickling sparks hahaha. Sepanjang jalan gue senyum-senyum sendiri di balik masker haha.

Gue akan mulai training 26 Desember nanti, dan start kerja awal Januari dalam masa probation sampe Maret. Wish me luck ya. Semoga gue bisa menjalani training dan probation dengan baikkkkk. I think this job’s benefit suits me well. Hahaha. Benefit is not always about money, but other than that :)

Yak begitulaaaah tiga bulan-an kehidupan gue sebagai fresh graduate. Through ups and downs. Intinya adalah, entah saat elu di atas ataupun di bawah atau sedang terombang-ambing, jangan lupa bersyukur karena baaaaaanyak banget yang bisa kita syukuri. Dan bersyukur membuat hidup menjadi lebih lega.

Kiss kiss.
16 Desember 2016 18.04 WIB
Perpus FEUI, sambil nunggu download-an Mr. Robot.


Comments

Popular Posts