EKSPANSI
Halooo… di post
ini gue akan menceritakan perjalanan ekspansi gue.
“Hah? Ekspansi?
Apaan tuh? ;o *gaya Jaja Miharja #90skidwillknow
Ekspansi secara
harfiah artinya perluasan. Kenapa gue namain perjalanan ekspansi? Karena gue
telah memperluas daerah yang pernah gue jajaki. Sebelumnya, daerah paling jauh
yang pernah gue jejaki adalah Kuningan. Bukan Kuningan Jakarta, tapi Kuningan
Jawa Barat. Gue sering diejek karena itu :( (kesannya gue bulliable gitu ya haha gak kok). Nah makanya gue seneng banget
saat mendapat tawaran ini.
Sebelum
berlanjut ke intinya, gue mau minta maaf dulu:
1. Gue minta maaf karena post ini telat parah. It
is because that SP and LPJ also magerous thingy huh.
2. Gue minta maaf karena gak ada gambarnya. Padahal
gue udah foto-foto. Yah walau pake kamera HP. Tapi memorinya kena virus (blame
it on fotokopian gedung 1)
dan belum gue backup fotonya. Maaf, maaf >.<
Oke, lanjutt…
perjalanan ini dilakukan dalam rangka menyelesaikan program sarjana mewakili
Paguyuban KSE UI di Gathering Paguyuban KSE se-Indonesia di Undip, Semarang.
Woohoo… akhirnya keluar Jawa Barat :”)
Ekspansi Hari 1
11 Juli 2013
Setelah paginya ngerjain tugas
prasyarat UTS Semantik dan rapat Gracelov, gue pulang ke rumah dan menabung
waktu tidur. Sorenya, ternyata gue haid sodarah. Jadi gak puasa deh :(. Yauds, bangun jam 6
kurang, ikut buka puasa. Kami, perwakilan UI yang lain which were Gita, Riffal,
Kak Lena, dan Kak Haulah, janjian di Stasiun UI jam setengah delapan. Jam
setengah tujuh gue belom mandi, masih leha-leha buka puasa. Alhasil jam tujuh
lewat gue baru berangkat. Mana waktu itu hujan lumayan deras, jadi tambah
rempong. Setelah pamitan sama keluarga, gue pun berangkat menuju Stasiun Bojong
Gede. Gue naik kereta ekonomi terakhir ke Jakarta. Sedih banget jam segitu udah
kereta eko terakhir aja :” mana sepi banget keretanya. Sedih. Jam delapanan
sampe di Stasiun UI. Ketemu Kak Haulah dan Gita di Halte Stasiun. Lalu Kak Lena
datang, disusul Riffal. Setelah semua lengkap, kami ke peron Jakarta dan
menunggu Commuter Line menuju Jakarta.
Agak lama menunggu kereta,
akhirnya ia datang juga. Kami duduk. Setelah kira-kira 30 menit perjalanan,
kami sampai di Stasiun Cikini. Dari sana, kami naik bajaj, dengan nego harga
terlebih dulu tentunya, sampai Stasiun Senen. Kami sampai di Stasiun Senen jam
setengah sepuluh malam kalo gak salah. Kak Lena menukarkan tiket, kami
beli cemilan dan minum di minimarket,
lalu masuk ke stasiun. Untuk masuk ke dalam stasiun, nama di tiket dicocokan
dengan kartu identitas. Setelah dicocokan, kami masuk ke dalam stasiun.
Ternyata di sana sudah ada anak dari Paguyuban KSE ITB temennya Kak Lena, Kak
Dika.
Pukul 21.50, kereta Tawang Jaya
sampai di jalur 1. Kami terpisah. Gue, Riffal, Kak Haulah di kereta nomor 1 ujung. Gita dan Kak Lena di kereta nomor 2
pangkal. Kak Dika di kereta 1 tengah. Jadwal berangkat yang tertera di tiket
adalah pukul 22.11, tapi pukul 22.10 kami udah jalan hehehe. Gue, Riffal, Kak
Haulah duduk di bangku paling ujung yang dekat toilet. Tempat duduknya lebih
sempit dari yang lain. Tadinya kami duduk berempat dengan satu bapak-bapak.
Setelah membaca doa, dan minum Tolak Angin (?) kereta melaju menuju tanah yang
belum pernah diinjak sebelumnya *tssahh…
Kereta Tawang Jaya melaju cepat.
Tadinya kami berempat. Namun di tengah jalan, bapak-bapak yang menggenapi kami
pindah lapak ke bawah alias gelaran. Hahaha. Jadi kami punya satu space kosong.
Kami duduk selang seling supaya kaki kami bisa selonjoran. Meheheh.
Awalnya, masih pada melek.
Lama-lama mata meredup. Pada tidur. Kak Haulah dan Riffal tidur nyenyak banget.
Riffal sampe tidur kayak jembatan di antara dua bangku #kay. Gue gak bisa tidur
kalo punggung dan kepala gue gak dalam posisi sejajar horizontal 180o :( #banyakmau. Seriusan.
Saat yang lain tidur, gue belajar Semantik dong :”) walau gak terlalu masuk
-_-. Belajar Semantik membuat gue ngantuk juga, tapi tetep aja gak bisa tidur
nyenyak. Mana tempat duduknya bener-bener 90o -..- gue menghibur
diri dengan melihat pemandangan di luar yang… gelap. Ya udah lah ya… namun
akhirnya gue tidur karena pusing nahan kantuk, walau gak nyenyak, bisa nutup
mata aja udah enak :“)
Kereta berhenti di beberapa
stasiun. Paling seru pas berhenti di Stasiun Cirebon Prujakan, ada musik
gamelan-gamelan gitu. Pemandangan yang bisa gue liat dari jendela adalah
stasiun kosong di malam hari, dengan beberapa rangkaian kereta di atas rel,
termasuk kereta bertuliskan Holcim yang sepertinya buat ngangkut semen.
Suasana kereta sebelum sampai
stasiun Cirebon sepi, karena banyak yang tidur. Setelah dari Cirebon, banyak
pedagang asongan yang berjualan makanan dan minuman. Frekuensi mereka bertambah
di jam-jam sahur, jam 3an. Kak Haulah dan Riffal yang tadinya tidur pun bangun
dan makan sahur. Lalu tidur lagi hahaha.
Ekspansi Hari 2
12 Juli 2013
I
Pagi menjelang. Di tiket, jadwal
kami sampai Semarang adalah pukul 05.36. Namun karena sering disusul dan
berhenti lama, tulisan hanyalah tulisan. Kak Haulah dan Riffal shalat subuh di
atas tempat duduk. Matahari mulai menampakkan dirinya. Suasana sehabis subuh di
daerah asing. Ada anak-anak yang masih bersama sarungnya bermain di lapangan,
ibu-ibu keluar rumah untuk berbelanja, bapak-bapak yang mulai mengendarai
kendaraannya untuk kerja, dan lain-lain.
Kami berhenti cukup lama di
sebuah stasiun kecil. Gue lupa namanya. Di sana, yang bekerja hanya tiga orang,
dan satu orang masih muda. Gue takjub aja. Untuk menjalankan sebuah stasiun
hanya butuh tiga orang. Gita mampir ke tempat duduk kami, ngobrol-ngobrol. Kami
mulai gelisah karena jadwalnya telat parah. Kata Kak Haulah gak biasanya kereta
ekonomi telat.
Kereta mulai melaju lagi. Gue ke
toilet untuk cuci muka, lalu ke bordes yang pintunya terbuka. menikmati
indahnya Semarang di pagi hari *aselole joss*. Ngeliat motor dan mobil berplat
H, gue jadi terharu sendiri :”) oke, biarin aja lebay.
Kami pun sampai di Stasiun Semarang Poncol sekitar jam setengah tujuh
pagi. Akhirnya gue menginjak tanah Jawa Tengah :”). Kumpul lagi sama Gita, Kak
Lena, Kak Dika. Kak Lena ngehubungin anak Undip yang akan jemput kami. Setelah
ada, kami keluar stasiun.
Here we are, in Semarang.
Kami pertama bertemu dengan Mbak Atiq. Dia membawa pasukan bermotornya
yang menjemput kami. Gue nebeng sama Mas Jo kalo gak salah namanya hehe. Lepas
dari Stasiun Semarang Poncol, kami melewati jalan utama Semarang. Gosh, I’ve
broken the boundary of the furthest region I’ve stepped on. hahaha. Kami
berhenti di lampu merah. Di depan gue ada sebuah mall besar, Paragon. Gue
langsung berpikir, “Hmm… ini mah tempat hedonnya Oyong.” Hahaha. Kami juga
melewati Lawang Sewu. Lalu lintas di sana pada pagi hari di pusat kotanya
saaaangat lancar. Gak ada macet kayak di Jakarta. Trotoarnya juga lega.
Ditambah dengan langit pagi yang cerah. Ah, first impression Semarang bagus
banget di mata gue.
Gue pikir jarak
Stasiun Semarang Poncol – Undip itu deket, kayak Sekre KSE UI – FMIPA lah. Eh
ternyata lumayan jauh ya. Kami pun masuk ke jalanan yang di depannya ada Patung
Kuda. Gue pernah denger dari temen gue kalo itu semacam gerbang masuk ke
Undipnya gitu. Semacam Gerbatama-nya UI lah. Gue kira dari sana langsung masuk
ke komplek Undip, ternyata nggak saudarah, masih jauh -_-.
Pertama kami ke Sekre
Paguyuban KSE Undip di daerah……. Sumberboto (tadinya lupa nih haha). Sampai di
sana, hal pertama yang gue cari adalah toilet. Kebelet parahhh… sementara yang
pertama dicari Riffal Kak Lena adalah colokan, Gita nyari tempat scan-an buat
ngescan cheat sheet yang dia bikin di kereta :o setelah itu kami istirahat
sebentar. Menikmati lengangnya Sekre Undip yang walaupun gak sebesar Sekre UI,
tapi bisa dirasakan banget kehangatannya. Asli dah. Di ruang tamu, ada sebuah
poster sapi bertuliskan “SAPI”. Hahaha. SAPI itu semacam RuPin-nya KSE Undip…
lucu yah :3
Lalu kami didrop ke
‘homestay’ masing-masing. Gue dan Gita ditempatkan di kontrakannya Kak Aji di
daerah Gondang Raya *yeey inget*. Eits, jangan kira dia cowok. Dia cewek
hahaha. Cantik lagi :3. Dia mahasiswi Planologi Undip 2010. Kami langsung
diperkenalkan (?) dengan fasilitas di kontrakannya. Gue laper parah karena
belum makan apa-apa dari malem. Belum makan nasi dari kemaren *melas*. Gue pun
menyeduh Pop Mie dan memakannya di dalam kamar dengan suasana desa. Suara
kokokan ayam menambah semarak (?). Makan, ganti kerudung, dan ngobrol sebentar
sama Gita. Akhirnya melihat kasur. Akhirnya punggung dan kepala bisa dalam
posisi horizontal 180o. Lalu kami tepar….
2
Gue bangun siang. Kalo gak salah jam 1 atau jam 2. Lalu ngulet-ngulet
cantik *hih*. Kak Lena ke tempat kami. Dia juga ikutan bobok-bobokan cantik di
lantai. Mereka gue tinggal mandi dan
keramas. Seger parahhhh… pas gue balik mereka udah tepar. Gak punya temen
ngobrol, gue belajar Semantik sambil ngemil haha.
Sore abis ashar, mereka bangun dan shalat ashar. Lalu kita siap-siap buat
ke ICT Center buat buka puasa bersama. Tebengan mulai berdatangan ke Gondang
Raya 1 no. 24. Gue nebeng Kak Aji buat ke ICT Center. Ternyata mayan macet juga
kalo sore. Gue kira bakal deket, ternyata lumayan jauh xob.
Sampai di ICT, kami ke lantai 4. Di sana udah ada banyak anak Undip. Ada
Riffal juga. kami kenalan sama mereka dan foto-foto juga. Kebanyakan mereka
adalah angkatan 2011 dan ke atas. Gak ada 2012. Jadi gue Gita Riffal adalah
peserta termuda :3. Di sana juga ada Kak Rizal, pengajar RuPin, yang nyusul
setelah melanglang buana.
Menjelang magrib, kami masuk ke ruangan untuk buka puasa. Magrib di sana
lebih cepat daripada di Jabodetabek. Jam 6 kurang 15 udah azan. Kami pun
berbuka dengan es buah. Setelah itu, shalat magrib di musala. Gue kan gak
shalat, yauds ngobrol-ngobrol sama kakak-kakak cantik hahaha. Banyakan mereka
angkatan 2010-2009. Ada juga sih angkatan 2011, cuma sedikit. Gue merasa bocah
banget di sana :3. Selesai shalat, kami menyantap hidangan utama… NASI!!
Akhirnya ketemu nasi juga :’)
Setelah makan, shalat tarawih di Maskam, Masjid Kampus, yang awalnya gue
kira Masjid Kampung –v. karena gue gak shalat, gue diajak muter-muter sama Kak
Silvia. Dia FISIP 2010. Kami ke ADA Swalayan. Dia belanja kebutuhan untuk KKN
di Magelang. Kami ngobrol banyak banget hahaha. Ternyata di sana KKN itu wajib,
di UI kan pilihan… muter-muter Undip dan sekitarnya, membuat gue sedikit hapal
dengan daerah sana, walaupun gak banyak.
Kami balik lagi ke ICT Center. Udah ada beberapa perwakilan Paguyuban KSE
lainnya. Ada dari UGM, ITS, dan Unpad. Setelah selesai tarawih, kami berkumpul
lagi di ruangan. Acara selanjutnya adalah Ramah Tamah. MC-nya, Guntur dan Kak
Liana, kocak. Apalagi Guntur, ‘denger-denger’ mulu haha. Harusnya sih tiap
paguyuban ngasih perwakilan buat nampilin pertunjukan. Tapi akhirnya jadi
ngasih kata sambutan gitu-gitu hahaha. Kak Lena nyanyi “Ingatlah Hari Ini”.
Lalu dari Undip mereka nyanyi “More Than Words” diiringi gitar yah walaupun
walaupun hahaha.
Selesai acara Ramah Tamah sekitar jam sepuluh. Anak-anak UI + Kak Dika
mau ngebakso dulu. Yauds, kami dianterin ke tempat Bakso di daerah Ngresep
*bener gak tuh?*. kami makan bakso sama beberapa anak Undip dan UGM juga. Kubu
kiri kubu dewasa, omongannya berat. Kubu kanan kubu bocah, omongannya gak
berbobot dan dikit-dikit ngakak. Hehehe. Kami selesai sekitar jam 11. Kami
didrop ke homestay masing-masing. Gue dan Gita sampe di kontrakan Kak Aji jam
setengah 12. Hedooonnn….
Ekspansi Hari 3
13 Juli 2013
Gue Gita dan Kak Aji
bangun pagi banget untuk sahur. Gue juga ikut sahur karena katanya kalo pagi
gak ada yang jual makanan. Kami ke warteg di seberang kontrakan. Wartegnya
sabi, kayak prasmanan, bebas ngambil sendiri haha. Gue makan nasi, telur dadar,
dan sayur sop. Itu semua harganya berapa sodarah… cuma goceng aja :’) kalo di
Kansas mungkin 7000-8000. Kami makan sahur dengan mata beler di kontrakan
bersama penghuni lain dan nonton PPT (Para Pencari Tuhan ya, bukan Powerpoint).
Abis sahur… tidur lagi hehehe. Bangun-bangun jam 7.30, padahal udah harus
ngumpul jam 8. Woof… kami pun bersiap-siap.
Kami ke Maskam yang
menjadi meeting point pagi itu. Kami mau ke SLB di daerah *lupa*. Huf. Ketika
ciwi-ciwi lain naik angkot, gue dan beberapa ciwi lainnya naik pick up. Woohoo…
gue berdiri di depan, deket tempat supir. Pemandangan di kanan-kiri jalan lumayan
menyegarkan mata walaupun sesekali kelilipan debu-debu cinta Semarang
*apapulak*.
Setelah menempuh
perjalanan sekitar 30 menit, kami sampai di SLBN Semarang. Bangunannya kayak
sekolah biasa… kami masuk ke aulanya. Sampai di sana, beberapa murid SLB membagikan
flyer yang berisi alphabet dalam bahasa isyarat. Seketika kami mempraktikkan
itu bersama-sama. Acara pertama adalah pembukaan oleh MC, Guntur dan Kak Liana.
Lalu dilanjutkan dengan sambutan dari Kepala SLBN Semarang kalo gak salah.
Beliau menceritakan bahwa anak-anak didiknya di sana bukanlah seseorang yang
idiot, yang tidak bisa melakukan apa-apa sendiri. Mereka pintar dan
berprestasi. Mereka bukanlah produk Tuhan yang gagal. Lalu, satu murid (alumni
sih sebenernya) maju ke depan dan memperkenalkan namanya dalam bahasa isyarat.
Kami menebak. Aduhh… lupa namanya -_-. Ada presentasi dari tim TFI (Technology for
Indonesia) dari ITS juga. Lalu dilanjutkan dengan ice breaking oleh MC. Kita
nari Papa Bear hahaha.
Lalu rombongan
Paguyuban KSE dibawa keliling SLBN Semarang. Bangunannya ternyata banyak juga.
Di pinggir tembok, selalu ada besi panjang. Gue bertanya untuk apa besi itu.
Mungkin untuk menyangga badan saat berjalan. Di lantainya juga ada pola khusus
yang dapat digunakan untuk tunanetra untuk ‘meraba’ jalan. Kami diajak masuk ke
dalam ruang tata busana. Di sana ada beberapa produk hasil murid SLB.
Bagus-bagus :’) kita yang normal, yang tidak ada cacat aja, belum tentu bisa
buat yang sebagus itu. Kami juga masuk ke sebuah ruang kelas yang berisi produk
kerajinan tangan buatan murid-murid SLB. Ba-gus-pa-rah. Ada kotak tisu dan guci
dari kertas koran tapi gak terlihat dari kertas koran, hiasan dinding kolase,
pin dari clay dan lain-lain. Pada ngeborong di sana woohoo. Gue mau beli tapi
gak bawa dompet L.
Setelah itu kami melihat simulasi TFI, membuat filter yang menjadikan air sisa
limbah laundry menjadi air bersih.
Selesai tur keliling
SLB dan praktik FTI, kami dibagikan kamar. Gue dapet kamar 26, kamar paling
pojok. Temen sekamar gue waktu itu Mbak Findy dari UGM. Gue masuk kamar duluan.
Kamarnya lumayan luas, berisi lima ranjang single, satu kamar mandi dalam, dan
beberapa lemari pakaian. Gue memilih tempat di dekat jendela yang lebar. Gue
sendirian. Mati gaya tuh. Terus Mbak Findy masuk, kenalan, naro tas. Gue nanya
ke doi, puasa gak. Ternyata dia gak puasa juga. Gue ajakin makan siang,
ternyata dia udah ada rencana makan sama ciwik-ciwik Undip lainnya yang gak
puasa. Yauds, kita berenam, kalo gak salah, langsung cabs naik motor menuju
tempat makan.
Gue dibonceng sama
Kak Laela, pacarnya Kak Nafian hihihi. Dia anak Teknik Kimia Undip 2009. Doi
cantik dan ramah banget :3 kita pun sampai entah dimana, deket rumah sakit apaa
gitu. Kami makan soto ayam. Lumayan sotonya.. gue dan Mbak Findy dibayarin Kak
Laela yeay :3. Kami pun balik lagi ke SLB. Gue langsung tidur. Ngantuk banget..
Gue bangun jam 4.
Kamar sepi. Gue sendirian. Waduh… tiba-tiba ada yang ngetok pintu. Ternyata
Mbak Aulia, anak Undip. Doi bilang acara mau mulai jam 4. Gue siap-siap dengan
mager haha. Ada semacam motivasi dari kepseknya (gue sekip banget pembicaranya
siapa). Intinya, lagi-lagi doi memotivasi kami, bahwa mereka yang istilahnya
punya kekurangan bisa melakukan lebih dari kami. Ada seorang anak cowok sekitar
usia 10 tahunan. Doi pinter parah, tau semua plat nomor se-Indonesia, dan
pengetahuan umum lainnya. Ada juga Ifa yang gagal mendapatkan juara 1 lomba
make up hanya karena ia mempertahankan jilbabnya. Doi cantik banget… Nah kalo
Ifa ini banyak mas-mas dari berbagai univ yang ngincer. Yang paling obvious sih
Mas Hadi dari ITS hahaha. Udah deket jam
buka puasa, kami semua ke aula (yang menurut gue lebih bisa dibilang mushala)
untuk menunggu waktu buka puasa. Azan berkumandang, kami melepas dahaga dan
lapar dengan hidangan yang tersedia sambil ngobrol-ngobrol.
Setelah buka puasa,
gue ke kamar buat mandi. Oh ya, gue sekamar sama Kak Laela, Mbak Findy, Mbak
Ila, Mbak Aul, dan satu lagi gue lupaaa…padahal tidur sebelah gue -__-“ (itu
Mbak Danik, anak Sipil Undip 2009 – baru ditulis saat dibaca lagi hehe). Selain gue dan Mbak Findy, semuanya dari
Undip. Abis mandi jadi mager. Yauds tidur-tiduran sambil dengerin musik. Yang
lain pada tidur atau gak ngobrol-ngobrol… sekitar jam 9, saat semua tepar, gue
ke kamar sebelah buat manggil Gita dan Kak Haulah ke bawah. Yauds kami ke
bawah. Di sana lagi ada pemutaran film Ice Age 3. Kami semua nonton sampe
sekitar jam 10an. Setelah itu ada musyawarah tentang Gathering Paguyuban KSE UI
sampe jam setengah 12. Semua udah teler, gue juga. setelah musyawarah selesai,
kami langsung naik ke atas buat tidur.
Satu hal yang gue
perhatiin. Pas kami turun mau ke aula, ada sekelompok murid SLB yang duduk
melingkar. Mereka sedang berbincang menggunakan bahasa isyarat. Pas kami balik
lagi mau tidur, mereka masih di sana dengan mata yang masih seger. Hampir tiga
jam mereka duduk, berbincang seru sekali tanpa suara. Sesekali mereka tertawa,
mengeluarkan suara-suara yang tidak jelas. Namun dari raut wajah, mereka
bahagia. Berbincang tanpa suara, sesuatu yang terdengar paradox namun nyata.
Suara bukanlah satu-satunya media untuk saling menyatukan perasaan. Melalui
media apapun, perasaan akan dapat disatukan. Aih.
Ekspansi hari 4
14 Juli 2013
Hari terakhir di
SLB. Kami bangun di jam sahur, lalu makan sahur dengan mata beler. Lalu tidur
lagi. Bangun-bangun mager parah. Pada ngobrol-ngobrol gak jelas gitu,
nganggurin kamar mandi hahaha. Satu persatu niat baik untuk mandi bermunculan.
Satu persatu mandi.
Selesai mandi
dan rapi-rapi, kami ke halaman depan aula. Terlihat anak-anak KSE yang memadati
ruangan membatik. Kegiatan waktu itu adalah Batik Ceria. Kami belajar membuat
batik dari anak-anak SLBN Semarang. Pertamanya mereka yang buat pola warna,
lalu kami yang nebelin dan warnain. Oh ya, nama batiknya batik ciprat, karena
pas proses melukis dengan lilin, lilinnya diciprat bebas. Kain kedua menjadi
pelampiasan kerandoman kami hahaha. Dilukis sesuka-suka. Pada nulis
macem-macem. Ada yang nulis Persib segala haha. Gue nulis RUPIN HEDON hahahaha.
Trus ngewarnainnya juga bebas banget. Bebash! Ada juga batik yang lilinnya
diciprat, tapi proses pewarnannya memakai teknik jumput. Kain dikasih air sampe
basah *genius*, trus dikerut-kerutin, baru dikasih pewarna.
Sambil nunggu
pewarna di kain random kering, ciwik-ciwik mengelilingi Mas Aulia, anak Psiko
Undip. Gue baru tau dari Addina, temen SD gue yang anak Psiko Undip juga, kalo
doi Ketua BEM Psiko :o. yauds, dia dikelilingin ciwik-ciwik yang mau…..
dibacain arti tanda tangannya -_-. Gue tadinya mau ikutan, tapi karena penuh
parah, jadi nyimak aja hahaha. Setelah semua ‘pasien’ selesai, gue beralih ke
grup sebelah. Mereka belajar bahasa isyarat sama anak-anak SLB. Gue juga
ikutan. Kami belajar ungkapan-ungkapan sederhana, seperti ‘terima kasih’,
‘sama-sama’, ‘halo’, ‘kecewa’, ‘belajar’, ‘banjir’, sampai ‘capek deh..’
hahaha. Seru banget belajar sama mereka. itu yang membuat gue pengen ngambil
matkul bahasa isyarat, dan Alhamdulillah dapet hehe. (tapi kedepak huh)
Setelah batik
kering dan dicuci malam (lilin) nya, kami ke aula untuk penutupan. Perwakilan
dari masing-masing PTN memberikan kata terima kasih. Dari pihak SLB sendiri,
perwakilannya cowok. Kata bocah-bocah sih mirip Endra RuPin. Laaahh… abis itu
kami foto bersama. Yeayy…
Balik ke kamar,
packing buat pulang. Gue Gita Riffal Kak Haulah naik ke dalem angkot yang akan
membawa kami pulang ke Sekre Undip. Tiba-tiba hujan deras. Kami yang udah di
dalem angkot gak bisa kemana-mana. Kak Lena masih ketinggalan di dalem aula.
Yauds, kami dan beberapa teman KSE seperti Mas Sofyan dan Mas Shobir cabs ke
Sekre. Hujan lumayan deras. Kami pun sampai di Sekre Undip dengan selamat.
Ngaso dulu sebentar… tak lama, Kak Lena dan lainnya yang naik motor pun datang.
Kami istirahat sejenak, memanfaatkan kartu remi untuk main poker. Gue Riffal
Mas Shobir Mas Sofyan. Gue kalah mele -,,-. Trus kami main boong. Nyisain gue
sama Mas Sofyan. Kami kejar-kejaran banyak-banyakan kartu. Kaga
selesai-selesai, capek, akhirnya udahan. Gita sama Kak Lena pamit pulang, karena
mereka ke Jakarta duluan malam ini, sedangkan gue Kak Haula Riffal pulangnya
besok. Dadah-dadah…
Gak lama,
temennya Kak Haulah yang akan menampung kami datang. Kami diantar sampe jalan
raya. Gue dibonceng Mbak Aul. Di jalan raya, kami ketemu sama Gita Kak Lena
yang lagi nunggu jemputan juga hehe. Mereka duluan. Kemudian, mobil yang kami tunggu
dateng. Kami pamitan sama yang nganterin kami sampe sini. Bakal kangen banget
Sekre Undip :”) semoga masih diberi kesempatan untuk bertemu dengan mereka.
Kami masuk ke
dalam mobil. Di dalamnya udah ada Dani, adik temennya Kak Haula. Doi anak Unesa
(gue lupa singkatannya, Universitas Negeri Semarang). Kami diajak muter-muter
Kota Semarang di sore yang mendung setelah disapu hujan. Kami ke Masjid Agung
Jawa Tengah. Masjidnya bagus banget, ada payung-payung yang kayak di Masjid
Nabawi.
Waktu itu
keadaan masjid agak sepi karena hujan. Ada anak-anak yang sedang mengaji. Kami
menelusuri dalam masjid terlebih dahulu. Megah. Kokoh. Lalu kami ke luar, ke
terasnya yang terbuat dari marmer yang luas dan becek, karena habis hujan. Kami
nyeker, menyelusuri teras masjid sampai ke kolam dekat menara masjid. Kami
mengambil sepatu, lalu ke menara masjid yang biasanya bisa dinaiki menggunakan lift. Namun
pada hari itu menara tidak bisa dinaki. Huft. Kami pun kembali ke mobil.
Berhubung
sebentar lagi sudah jam buka puasa, kami mencari tempat untuk berbuka. Kami
mampir di salah satu kedai soto ayam di Simpang Lima. Simpang Lima waktu itu
temaram, langit menjelang malam yang mendung dihiasi lampu-lampu gemerlap dari
gedung-gedung di sekitarnya. Di kedai yang kami singgahi, selain soto, ada juga
berbagai makanan pelengkap, seperti sate kerang yang legendaris, sate kulit
ayam, tempe bacem, sate telur puyuh, dan lain-lain. Adzan berkumandang, kami
menyeruput teh hangat yang kami pesan. Langsung saja kami menyantap soto ayam
yang ada di hadapan kami. Soto ayam biasanya kuahnya bening, namun di sini semi
bening, agak bersantan dan… enak J
gue mengambil sate kerang untuk menemani soto ayam. Sate kerangnya juga enak.
Manis, mengimbangi rasa gurih soto ayam.
Kami gak lama-lama di sana. Kami ke sebuah
masjid untuk menunaikan shalat magrib. Karena gak shalat, gue mengamati keadaan
Kota Semarang dari masjid ini. Masjid yang gue lupa namanya ini, menghadap
sebuah mall yang menghadap Alun-Alun Simpang Lima. Gemerlap lampu gedung cukup
menyemarakan malam yang dihiasi dengan hujan rintik-rintik.
Selesai shalat,
kami ke rumah Dani, tempat kami menginap. Riffal minta didrop di samping Maskam.
Didroplah doi. Abis itu gue Kak Haula Dani ke rumahnya. Malam itu ada
pertandingan bola. Chelsea kalo gak salah. Kak Haula nonton itu, gue tepar di
kamar temennya Kak Haulah.
Ekspansi Hari 5
15 Juli 2013
Gue bangun saat
sahur. Dengan mata sepet, gue ikutan sahur. Lauknya makanan rumahan. Kangen
rumah haha. Dengan mata sepet juga, kami makan sahur dan nonton PPT. Para
Pencari Tuhan, bukan Power Point #yayaya. Saat itu, Kak Haulah dan temennya
sedang berbincang tentang masa SMP mereka. temennya pagi ini mau pergi ke
Magelang buat KKN. Sehabis sahur, gue tidur lagi. Entahlah, hawa ngantuknya di
sana parah banget.
Rencana
berangkat jam 8, kami bangun siangan. Hehe. Setelah mandi, kami siap-siap.
Riffal dateng ke sana. Dia cerita ternyata dia salah didrop. Maskam yang waktu
itu Masjid Polines hahaha. Untung ada temennya. Kami berangkat bareng ibunya
Dani berangkat kerja. Sekitar jam 8 lewat, kami berangkat. Di jalan, ibunya
Dani menasihati kami untuk hati-hati. Yaaaa… trus di tengah jalan berhenti, ngejemput
pacarnya Dani (lupa lagi namanyaaaa -..-“). Setelah ngedrop ibunya ke kantor,
here we go, Magelang!
Jalanan waktu itu gak terlalu
ramai, tapi gak sepi. Langit pun cerah. Bikin seneng deh pokoknya hahaha.
Selama perjalanan kami lebih banyak diam sih. Menikmati jalan di kanan-kiri.
Melewati Gunung Lawu, kedai Baxo, Situ Rawa Bening yang subhanallah banget
indahnya, Ambarawa, Kebumen tempatnya Novaldy, lalu plat kendaraan di jalan
menjadi dominasi AA. Selamat datang di Magelang! :D entahlah, waktu itu gue
excited banget. Alhamdulillah bisa memijak kaki di Magelang :”) mungkin orang
Magelang akan ngetawain gue, tapi ini pencapaian ekspansi jangkauan terjauh
guee :”)
Kami melewati jalanan Magelang
menuju tempat termainstream se-Magelang, Borobudur. Semainstream-mainstreamnya,
gue belom pernah ke sana. Gapapa deh.
Hehe. Kami sampe sana agak siangan, jadi udah panas gitu. Sebelum masuk,
kami pakai kain batik dulu. Karena puasa, pengunjungnya gak terlalu rame.
Borobudur :’) salah satu keajaiban dunia. Ternyata tinggi-tinggi tangganya
haha. Gue dan Riffal berandai kalo ada Kak Indra bakal lebih seru karena ada
yang jelasin relief-relief yang terpahat di batuan hitam tersebut. Kami,
seperti turis lainnya, foto-foto disana. Kami gak lama di Borobudur. Pas pulang,
kami dikerubungi beberapa penjual souvenir. Gue beli gelang-gelangan titipan
adek hehe. Yang belanja oleh-oleh paling hedon tuh Kak Haula -_- banyak banget
belanjaannya haha. Karena bulan puasa juga, kios-kios souvenir banyak yang
tutup. Jadi sepi aja gitu.
Kami meluncur pulang. Dani nanya
sama satpam kalo mau ke arah Semarang lewat mana, si bapak satpam nunjukin, dan
dia ngikutin. Ternyata itu jalannya muter gak jelas -_- kami pun balik lagi dan
kembali ke jalan yang benar haha. Tujuan kami selanjutnya adalah Gedong Songo.
Di perjalanan menuju sana, banyak yang tertidur karena kecapekan haha. Gue
juga. bangun, tidur, bangun lagi. Kami pun sampai di Gedong Songo. Begitu
keluar mobil, hawa dingin menyusup tubuh. Brrr brr… setelah (di)beli(in) tiket,
kami pun masuk. Gue Riffal Kak Haula jalan bertiga, Dani sama pacarnya.
Jadi Gedong Songo itu
bukit-bukit dengan sembilan candi. Candi pertama dari pintu masuk adalah candi
pertama, ke atas lagi candi kedua, dan seterusnya. Dari pintu masuk ke candi
pertama masih gampang lah ya, cetek, gampil basa bojongnya mah. Nah, dari candi
pertama ke candi kedua tuh jalanannya curam, berbatu, dan panjang banget. Gue,
yang gak puasa, memimpin jalan. Riffal dan Kak Haula jalan selow biar gak cape
haha. Setelah jalan jauuuuh dan curam dan capek, akhirnya kami sampai di candi
dua dan tiga yang letaknya berdekatan. Kami foto-foto, melihat ke bawah ada
sumber belerang yang baunya tercium sampe tempat kami berdiri. Gak lama kami di
sana, langit mendung. Titik-titik gerimis mulai terasa. Kami pun turun.
Ketika turun, ada dua jalan.
Yang satu jalan yang tadi kita lewatin, yang satu jalan buat kuda yang halus,
gak curam, tapi kabutnya tebel banget. Kami memilih untuk lewat jalan kuda.
Awalnya oke aja. Kami lihat dua orang di ujung jalan, yang satu pakai jaket
putih, yang satu pakai topi hitam kalo gak salah. Pas kami ke ujung jalan, dua
orang tadi gak ada. Nah loh. Nah loh. Hahaha. Kami berspekulasi yang nggak
nggak. Ternyata lewat jalan kuda lebih gampang, gak curam, dan enak. huff, kalo
tau gitu tadi naiknya lewat sana aja.
Waktu sudah menunjukkan jam 3
sore, kami kembali ke Semarang. Dani jemput ibunya dulu, lalu mengantar
pacarnya sampe rumah. Kami juga ke rumah Dani untuk bersiap-siap pulang.
Setelah lengkap semua bawaan, kami pamitan sama bapaknya Dani. Ibunya ikut
mengantar kami ke stasiun.
Sebelum pulang, kami ke Jalan
Padanaran dulu untuk beli oleh-oleh. Kami mampir ke Bandeng Juwana. Gue
lihat-lihat di sana, dan harganya…:0 akhirnya gue beli wingko babat original
aja buat di rumah. Kami juga beli lumpia buat buka puasa dan bekal di kereta.
Kami buka puasa di perjalanan menuju stasiun. Ibunya Dani beliin tahu petis dan
itu ENAK BANGEEETTT :”””D beliau nanya, “Udah makan ini belom?” dan gue bilang
belom. Katanya belom ke Semarang kalo belom makan tahu petis. Huhuhu enak
bangettt.. lumpianya juga, entah kenapa, jadi berasa lebih enak.
Kami pun sampai di Stasiun
Semarang Poncol. Kami pamitan dan mengucapkan banyak terima kasih buat Dani dan
keluarganya yang udah service kami pol-polan selama numpang tinggal di
rumahnya. Gue Riffal Kak Haula ke minimarket dulu buat beli minum dan beberapa
cemilan. Setelah itu, kami shalat magrib. Karena gue gak shalat, gue nungguin
barang-barang. Saat nungguin mereka, kemudian gue galauin fungsi stasiun
sebagai tempat orang mengucapkan selamat datang dan selamat tinggal. Huhuhu :’)
Gak lama, kereta Tawang Jaya
kami datang. Kami duduk di tempat duduk kami. Menaruh barang, dan makan lumpia
yang terasa enak di saat terakhir meninggalkan kota plat H tersebut. Ketika gue
lagi makan, tiba-tiba gue liat Kak Dea. Ya, Dearisa, anak Humas BEM FIB. Gue
panggil, dan kita sama-sama terkejut hahaha. Dia duduk di kursi kami dan
ngobrol-ngobrol. Kemudian, dateng Kak Rizal. Dia batal ikut hedon bareng kami karena
bangun kesiangan hahaha. Lalu datang satu orang penumpang lagi, seorang
mahasiswa Teknik Mesin Undip yang mukanya jutek dan bête banget sama
kebawelannya Kak Dea ngahahaha.
Jugijagijugijagijug~ kereta
berangkat~
Jam 7 malam, roda kereta pun
bergerak meninggalkan ibukota Jawa Tengah tersebut. Semoga gue bisa ke sana
lagi ya di lain kesempatan :’) kami berenam pun berbincang-bincang sampe capek,
ngeceng-cengin pramugara kereta, dan ngeceng-cengin Kak Dea sama Kak Rizal hahaha.
Kami makan Pop Mie dan minta air panas sama pramugara yang dicing-cengin tadi.
Capek, semua tidur. Cuma gue, yah taulah, susah tidur saat yang lain sudah
pulas. Perjalanan ngaret dua jam dari yang dijadwalkan. Ketika mau turun, anak
Mesin Undip tadi udah gak ada. Pengen
cepet-cepet hilang dari kami kali haha.
Kami sampai Stasiun Senen sekitar jam 3 pagi. Selamat datang lagi di
Jakarta. Udaranya beda dengan Semarang. Lebih panas dan gerah. Kami naik bajaj
sampe KFC Cikini. Kami sahur gaul di sana. Hahaha. Banyak juga orang yang sahur
di KFC. Abis itu, bingung mau shalat dimana. Kami pun shalat di musala di SPBU
di samping KFC. Musafir abis. Kami istirahat dulu di sana, meregangkan punggung
yang lurus terus mengikuti kursi ekonomi dengan sudut 90o. Kereta
pertama ke Bogor jam setengah 6. Kami naik kereta kedua atau ketiga setelah
itu. Dengan mata beler dan badan remuk bagai zombie, kami naik ke kereta
Commuter Line tujuan Bogor yang lumayan sepi pagi itu. Gue dan Riffal berjalan
agak ke belakang untuk mencari tempat duduk. Gak sanggup berdiriii… kami pun
dapat duduk dan tepar memejamkan mata. Riffal pules sampe Citayam, gue agak
terbangun. Gue minta jemput di Stasiun Bojong Gede. Turun kereta, oh di peron
Jakarta orang-orang udah menunggu kereta untuk berangkat kerja. Dengan langkah
terseok, gue ke luar stasiun untuk nunggu jemputan. Mama menjemput. Sampe
rumah, gue keluarin wingko babat, sarapan, mandi, lalu merebahkan diri di
tempat tidur, dan terlelap.
Bangun-bangun pas udah Zuhur, dan dapet jarkoman kalo kelas SP ada hari
itu jam 1. Gue langsung cabs lagi ke kampus. Lalu sorenya buka puasa bareng
sama anak Paguyuban KSE UI. Entahlah, saat bertemu Riffal dan Kak Rizal rasanya
kayak udah lama banget. Hahaha.
Yah, itulah pengalaman ekspansi gue. walau hanya ke Semarang dan
Magelang, tapi gue bangga dan senang bisa melhat sisi lain Indonesia. Karena
Indonesia bukan hanya Jabodetabek saja :D
Comments
Post a Comment